Jun 21, 2005

Swedia Pelopori Kereta Api Bertenaga Biogas

Kereta api pertama yang menggunakan biogas, sumber energi dari sampah organik, akan diresmikan di Swedia, Senin (20/6). Jalur yang akan dilalui sepanjang 80 kilometer menghubungkan Linkoeping, selatan Stockholm dengan Vaestervik, kota di pantai timur. Namun, kereta biogas itu hanya menarik satu gerbong berisi 54 penumpang.

"Inilah kereta api pertama di dunia yang berbahan bakar biogas," kata Carl Lilliehoeoek, pimpinan perusahaan Svensk Biogas yang memiliki kereta tersebut.

Kendaraan tersebut merupakan hasil modifikasi kereta api Fiat bermesin diesel yang diganti dengan dua mesin bertenaga gas Volvo. Mesinnya dirubah agar kereta api lebih ramah lingkungan karena pembakaran biogas, seperti juga biofuel yang lain tidak menghasilkan polutan udara.

Biogas terbuat dari kotoran hewan dan manusia, yang bercampur dengan air dalam tangki. Ketika kotoran tersebut mengalami pembusukan, terbentuk gas yang akan disalurkan sebagai bahan bakar. Gas yang dihasilkan kemudian dikemas dalam tabung.

Kereta api biogas dilengkapi dengan tujuh tabung yang cukup untuk berjalan 600 kilometer dan dapat diisi ulang. Selain itu Lilliehoeoek mengklaim kereta tersebut bisa melaju hingga kecepatan 130 kilometer per jam.

"Cara kerjanya benar-benar handal dan seusai harapan, seperti halnya bis dan mobil di Swedia yang telah menggunakan biogas," katanya.

Berdasarkan laporan kementrian lingkungan hidup Swedia, negara di semenanjung Skandinavia tempat hidup sembilan juta orang itu, saat ini memiliki 779 bis dan lebih dari 4500 mobil yang menggunakan campuran BBM dan biogas atau gas alami.

Swedia telah mengambil ancang-ancang lebih dulu untuk memenuhi desakan Eropa agar setiap negara mempromosikan bahan bakar bio dan sumber energi terbarukan lainnya untuk transportasi menggantikan bensin dan diesel.

"Swedia memiliki ambisi bahwa pada 2005 terdapat tingkat penggantian 3 persen," kata Lars Guldbrand, ahli energi di kementrian lingkungan hidup Swedia. Targetnya menjadi yang paling tinggi ai antara negara-negara anggota Uni Eropa yang rata-rata 2 persen.

Guldbard berpendapat bahwa kereta api bertenaga biogas merupakan pilihan yang sangat menarik dan berharap masa depan energi ramah lingkungan bisa cerah di kemudian hari. "Minyak semakin mahal dan langka, sehingga kita membutuhkan sumber yang lain," katanya menekankan.

Selain baik untuk lingkungan, biogas memiliki nilai tambah karena dapat diproduksi secara lokal. Dengan demikian, persediaannya tidak tergantung impor, demikian Lilieohoek dan Guldbrand menekankan.

Kereta api berbahan bakar biogas juga ramah lingkungan ditinjau dari berbagai aspek. Tidak seperti kereta api listrik, misalnya. Meskipun tidak menghasilkan polusi, namun jenis ini seringkali menggunakan sumber energi yang tidak ramah lingkungan.

Hampir setiap metode untuk menghasilkan listrik selalu terdapat masalah. Membakar batubara menghasilkan polusi udara terbesar saat ini, yang berarti merugikan udara, air, dan tanah yang berpengaruh kepada kesehatan manusia.

Listrik tenaga air membutuhkan bendungan yang pembangunannya dapat merusak dan membunuh ekosistem di sekitarnya. Sementara itu, menghasilkan energi dari angin dan matahari hanya bekerja saat angin bertiup atau terdapat sinar matahari yang cukup sehingga turbin berputar.

Oleh karena itu, sumber energi terbarukan yang juga dapat disimpan lebih mudah seperti biogas sepertinya solusi yang sempurna. Tapi, menurut Guldbrand, yang masih menjadi hambatan adalah produksi biogas yang lebih mahal dibandingkan diesel.

Untuk kereta api ini saja, Svensk Biogas memerlukan dana 10 miliar Kronos atau sekitar 1,3 juta dollas AS untuk mengembangkan. Rencananya, kereta pertama akan dioperasikan September nanti oleh SJ, perusahaan angkutan kereta api di Swedia.(AFP/Wah/ttgenrgi)

No comments:

Post a Comment