Oct 28, 2005

Mobil swa bahan bakar, mobil masa depan


Baru-baru ini, para peneliti kembali mengembangkan sebuah sistem unik yang memungkinkan mobil berbahan bakar hidrogen memproduksi sendiri hidrogen (self fueled car) menggunakan logam yang mudah ditemukan, magnesium dan aluminium. Seng murni sudah lebih dulu dikembangkan untuk memisahkan hidrogen dari air dengan mengikat atom oksigen.

Teknologi yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan Israel tersebut dapat mengatasi berbagai hambatan yang berhubungan dengan proses produksi, distribusi, dan penyimpanan hidrogen. Jika suatu saat dilempar ke pasaran, mobil yang memakai sistem tersebut dapat dijual dengan harga yang relatif sama dibandingkan mobil yang ada sekarang. Satu kelebihannya adalah bebas emisi gas buang.

Semakin menipisnya cadangan minyak dunia yang menyebabkan naiknya harga menyebabkan banyak pihak berusaha mencari sumber bahan bakar alternatif sebagai sumber energi di sektor otomotif. Sebelumnya, peneliti Israel dari Weizzmann Istitute menawarkan teknologi pemrosesan seng murni untuk menghasilkan hidrogen dari air menggunakan energi matahari yang murah.

Solusi berbeda inilah yang dikembangkan sebuah perusahaan Israel Engineuity berupa sistem yang ditanam di dalam mobil. Amnon Yogev, salah satu pendirinya, adalah profesor dari Weizzmann Institute. Ia menunjukkan bahwa metode tersebut dapat digunakan untuk memproduksi hidrogen secara kontinyu dan uap bertekanan konstan yang dibutuhkan mobil. Metode ini juga dapat digunakan untuk menghasilkan hidrogen untuk fuel cell dan berbagai aplikasi lain yang membutuhkan hidrogen dan uap.

Mobil hidrogen yang dikembangkan Engineuity menggunakan logam magnesium dan aluminium dalam bentuk gulungan kawat panjang. Tanki gas di dalam mobil biasa akan diganti dengan piranti yang disebut pembakar logam dan uap (metal-steam combustor) yang akan memisahkan hidrogen dari air.


Gagasan utama di balik teknologi ini begitu sederhana. Ujung gulungan logam dimasukkan ke dalam pembakar bersama-sama dengan air yang kemudian akan dibakar pada suhu tinggi. Atom logam akan mengikat oksigen dari air menghasilkan oksida logam. dengan demikian, molekul hidrogen bebas dan dikirim ke dalam mesin.

Tentu saja sistem tersebut dilengkapi mekanisme penggulung kawat logam selama proses produksi bahan bakar. Selain itu, tersedia juga pengisap oksida logam yang akan mengumpulkannya ke dalam tabung. Oksida logam sebagai produk sampingan kemudian dikumpulkan dalam stasiun bahan bakar dan dapat didaur ulang untuk keperluan industri logam.

Sistem yang dikembangkan ini lebih efisien dibandingkan solusi pemrosesan hidrogen lainnya. Uap panas yang dihasilkan dapat digunakan sehingga kinerjanya setangguh mobil konvensional.

Hanya saja, mobil harus menanggung berat yang lebih besar agar bahan bakar yang digunakan dapat dipakai untuk jarak yang jauh. Agar mampu mencapai jarak yang sama dengan mobil berbahan bakar fosil, dibutuhkan gulungan kawat logam dengan berat tiga kali lipat lebih besar daripada tangki minyak.

Sampai sekarang Engineuity mendapat program inkubasi dari Kepala Ilmuwan di Israel dan sedang mencari investor yang berminat untuk mendanai pengembangan prototipnya. Dari proposal yang disusun, kira-kira butuh tiga tahun untuk mengembangkan prototip tersebut.

Karena tidak terlalu banyak modifikasi pada mesin, pembuatannya dapat dibuat dengan proses produksi yang dipakai industri otomotif sekarang. Dengan tidak perlu banyak tambahan investasi infrastruktur baru, harga jualnya diperkirakan dapat dipertahankan agar tidak jauh berbeda dengan mobil konvensional.

Meskipun demikian, Engineuity tidak hanya akan memodifikasi mobil yang sudah ada tapi merencanakan juga untuk mendesain model mobil yang baru.

Sumber: physorg.com